Keluarga Sakinah
TIPS KELUARGA SAKINAH
Kita sering menyaksikan infotainment di TV, banyak selebritis yang kawin-cerai. Kayaknya sepele banget, sepertinya urusan yang satu ini cuma urusan administrasi saja.
Dalam tulisan ini, penulis tak hendak menjadi pengamat atau biang gosip bagi selebritis, tapi lebih pada kepentingan untuk memotivasi kita semua agar dapat menciptakan keluarga yang rukun dan damai. Karena sesungguhnya, bukan hanya selebritis yang bisa kawin-cerai, tapi masyarakat biasa juga bisa. Jika saja mereka mengerti betapa pentingnya mempertahankan sebuah perkawinan, apalagi buat kita yang beriman pada Allah swt, tentu pertimbangan yang sangat matang menjadi acuan utama.Kadang kala hanya karena masalah kecil, mereka harus akhiri perkawinan dan anak-anak jadi korban sifat egois dan keangkuhan orang tua. Entah apa yang bisa kita pahami, lagi-lagi alasan hak asasi atau urusan pribadi dan hal lain sehingga orang lain sulit memberikan masukan. Apalagi disaat hati sedang "panas", wahh..tentulah sulit untuk bisa memberikan bantuan moral.tentu kita sering menghadiri acara pernikahan teman sejawat atau keluarga kita dan sesering itu pula kita mendengar doa orang tua yang ingin anak-anak mereka dapat menjadi keluarga sakinah ketika menikah. Keluarga yang sakinah dan selalu penuh rahmat..begitu do'a para "sepuh". Menurut kaidah bahasa Indonesia, s akinah mempunyai arti kedamaian, ketentraman, ketenangan, kebahagiaan. Jadi keluarga sakinah mengandung makna keluarga yang diliputi rasa damai, tentram, juga bahagia (mudah-mudahan bahagia lahir bathin).Dari kata sakinah, kita dapat maklumi bahwa do'a para sepuh tadi adalah menginginkan suasana damai dalam rumah tangga. namun sering kedamaian dalam rumah tangga menjadi rusak hanya karena tidak adanya saling pengertian antara suami dan istri; apalagi kalau sudah menyangkut urusan materi. Berikut tips untuk menciptakan keluarga sakinah. Penulis pernah dapatkan beberapa tips tentang bagiamana menjadi keluarga yang sakinah ini ketika mengikuti ceramah/khutbah di sebuah menjid di Jawa barat dan semoga berguna bagi kita semua :
ketika kita melamar 'sang pujaan' untuk menjadi istri, kita bukanlah sedang melamar/meminta kepada orang tua/wali si gadis; tetapi kita sedang meminta kepada Allah swt melalui orang tua/wali si gadis.
ketika kita menikah, kita bukanlah menikah di hadapan penghulu tetapi menikah di hadapan Allah swt.
ketika resepsi pernikahan berlangsung, catatlah dan hitunglah para undangan yang hadir untuk mendo'akan kita saat itu.Hal ini perlu kita lakukan dan pikirkan lebih dalam jika kita akan/sedang/sudah berpikir untuk bercerai, karena itu berarti kita harus meminta maaf kepada mereka karena telah menyia-nyiakan do'a mereka.
Selama menempuh hidup berkeluarga, sadarilah bahwa jalan yang akan kita lalui tidaklah melulu jalan yang bertabur bunga kebahagiaan tetapi juga semak belukar yang penuh onak dan duri.
ketika biduk rumah tangga oleng, janganlah saling berlepas tangan; tetapi sebaliknya justru semakin erat berpegangan tangan.
ketika kita belum dikaruniai anak, cintailai istri atau suami dengan 100 % sepenuh hati.
ketika sudah mempunyai anak, jangan bagi cinta kepada suami atau istri dan anak-anak dengan beberapa bagian tetapi cintailah suami-istri dan anak-anak dengan masing-masing 100% sepenuh hati.
ketika ekonomi keluarga belum membaik, yakinlah bahwa pintu rizki akan terbuka lebar berbanding lurus dengan tingkat ketaatan suami istri kepada Allah Swt (banyak juga kaum istri yang tidak tahan dengan kondisi serba kekurangan materi dan akhirnya memilih pergi).
ketika ekonomi sudah membaik, jangan lupa akan jasa pasangan hidup yang setia mendampingi ketika menderita (justru godaan banyak terjadi disini, ketika hidup susah; suami selalu setia namun ketika sudah hidup mapan dan bahkan lebih dari cukup, suami sering melirik yang lain dan bahkan berbagi cinta dengan wanita yang lain)
ketika anda adalah suami, boleh bermanja-manja bahkan bersifat kekanak-kanakan kepada istri dan segeralah bangkit menjadi pria perkasa secara bertanggung-jawab ketika istri membutuhkan pertolongan.
ketika anda seorang istri, tetaplah anda berlaku elok, tampil canti dan gemulai serta lemah lembut, tetapi harus selalu siap menyeleaikan semua pekerjaan dengan sukses.
ketika mendidik anak, jangan pernah berpikir bahwa orang tua yang baik adalah orang tua yang tidak pernah marah kepada anak, karena orang tua yang baik adalah orang tua yang jujur kepada anak.
ketika anak bermasalah, yakinlah bahwa tidak ada seorang anak pun yang tidak mau bekerjsama dengan orang tua, yang ada adalah seorang anak yang merasa tidak didengar oleh orang tuanya.
bagi anda wanita, ketika ada PIL, jangan diminum, cukuplah suami anda yang menjadi "obat".
bagi anda lelaki, ketika ada WIL, jangan pernah ajak berlayar sebiduk berdua ke samudra cinta, cukuplah istri anda sebagai pelabuhan hati.
ketika kita menjadi keluarga yang sakinah, contohlah keluarga rasululloh saw.
nah, itulah tips yang mungkin bisa bermanfaat. memang lebih mudah menulis dari pada melakoni. tapi paling tidak, rasa hormat dan saling menghormati antara suami- istri serta saling mengerti hak dan kewajiban adalahs syarat mutlak untuk menjadi sakinah. yang paling berarti bagi kita jika hendak berlayar ke samudra kehidupan adalah 'keimanan", sehingga ombak yang besar sekalipun bisa kita lalui dengan sukses meski harus basah kuyup.










MEMBENTUK KELUARGA SAKINAH WA RAHMAH
Memasuki dunia baru bagi pasangan baru, atau lebih dikenal dengan pengantin baru memang merupakan suatu yang membahagiakan. Tetapi bukan berarti tanpa kesulitan. Dari pertama kali melangkah ke pelaminan, semuanya sudah akan terasa lain. Lepas dari ketergantungan terhadap orang tua, teman, saudara, untuk kemudian mencoba hidup bersama orang – yang mungkin – belum pernah kenal sebelumnya. Semua ini memerlukan persiapan khusus (walaupun sebelumnya sudah kenal), agar tidak terjebak dalam sebuah dilema rumah tangga yang dapat mendatangkan penyesalan di kemudian hari. Diantara persiapan yang harus dilakukan oleh pasangan baru yang akan mengarungi bahtera rumah tangga:
Persiapan mental. Perpindahan dari dunia remaja memasuki fase dewasa – di bawah naungan perkawinan – akan sangat berpengaruh terhadap psikologis, sehingga diperlukan persiapan mental dalam menyandang jabatan baru, sebagai ibu rumah tangga atau kepala rumah tangga. Kalaupun sekarang anda telah terlanjur menyandang predikat tersebut sebelum anda sempat berpikir sebelumnya, anda belum terlambat. Anda bisa memulainya dari sekarang, menyiapkan mental anda lewat buku-buku bacaan tentang cara-cara berumah tangga, atau anda dapat belajar dari orang-orang terdekat, yang dapat memberikan nasehat bagi rumah tangga anda
engenali Pasangan. Kalau dulu orang dekat anda adalah ibu, teman, atau saudara anda yang telah anda kenal sejak kecil, tetapi sekarang orang yang nomor satu bagi anda adalah pasangan anda. Walaupun pasangan anda adalah orang yang telah anda kenal sebelumnya, katakanlah dalam masa pacaran, tetapi hal ini belumlah menjamin bahwa anda telah benar-benar mengenal kepribadiannya. Keadaannya lain. Masa pacaran dengan lingkungan rumah tangga jauh berbeda. Apalagi jika pasangan anda adalah orang yang belum pernah anda kenal sebelumnya. Disini perlu adanya penyesuaian-penyesuaian. Anda harus mengenal lebih jauh bagi pasangan anda, segala kekurangan dan kelebihannya, untuk kemudian anda pahami bagaimana sebaiknya anda bersikap, tanpa harus mempersoalkan semuanya. Karena sesungguhnya anda bersama pasangan anda hidup dalam rumah tangga untuk saling melengkapi satu dengan yang lainnya, sehingga tercipta keharmonisan.
Menyusun agenda Kegiatan. Kesibukan anda sebagai ibu rumah tangga atau kepala rumah tangga tentunya akan lebih banyak menyita waktu di banding ketika anda masih sendiri. Hari-hari kemarin bisa saja anda mengikuti segala macam kegiatan yang anda sukai kapan saja anda mau. Persoalannya sekarang adalah anda tidak sendiri, kehadiran pasangan anda disamping anda tidak boleh anda abaikan. Tetapi anda tak perlu menarik diri dari aktifitas atau kegiatan yang anda butuhkan. Anda dapat membuat agenda untuk efektifitas kerja, anda pilah, dan anda pilih kegiatan apa yang sekiranya dapat anda ikuti sesuai dengan waktu yang anda miliki dengan tanpa mengganggu tugas anda sebagai ibu rumah tangga atau kepala rumah tangga.
Mempelajari kesenangan pasangan. Perhatian-perhatian kecil akan mempunyai nilai tersendiri bagi pasangan anda, apalagi di awal perkawinan anda. Anda dapat melakukannya dengan mempelajari kesenangan pasangan anda, mulai dari selera makan, kebiasaan, hobi yang tersimpan dan lainnya. Tidak menjadi masalah jika ternyata apa yang disenanginya tidak anda senangi. Anda bisa mempersiapkan kopi dan makanan kesukaannya disaat pasangan anda yang punya hobi membaca sedang membuka-buka buku. Atau anda bisa sekali-kali menyisihkan waktu untuk sekedar mengantar pasangan anda berbelanja, untuk menyenangkan hatinya. Atau kalau mungkin anda bisa memadukan hobi anda yang ternyata sama, dengan demikian anda telah memasang saham kasih sayang di hati pasangan anda sebagai kesan pertama, karena kesan pertama akan selalu diingatnya. Kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah anda (kayak iklan saja). Dan anda bisa menjadikannya sebagai kebiasaan yang istimewa dalam rumah tangga anda.
Adaptasi lingkungan. Lingkungan keluarga, famili dan masyarakat baru sudah pasti akan anda hadapi. Anda harus bisa membawa diri untuk masuk dalam kebiasaan-kebiasaan (adat) yang ada di dalamnya. Kalau anda siap menerima kehadiran pasangan anda, berarti pula anda harus siap menerimanya bersama keluarga dan masyarakat disekitarnya. Awalnya mungkin anda akan merasa asing, kaku, tapi semuanya akan terbiasa jika anda mau membuka diri untuk bergaul dengan mereka, mengikuti adat yang ada, walaupun anda kurang menyukainya. Sehingga akan terjalin keakraban antara anda dengan keluarga, famili dan lingkungan masyarakat yang baru. Karena hakekat pernikahan bukan perkawinan antara anda dan pasangan anda, tetapi, lebih luas lagi antara keluarga anda dan keluarga pasangan anda, antara desa anda dengan desa pasangan anda, antara bahasa anda dengan bahasa pasangan anda, antara kebiasaan (adat) anda dengan kebiasaan pasangan anda. Dst.
Menanamkan rasa saling percaya. Tidak salah jika suatu saat anda merasa curiga dan cemburu. Tetapi harus anda ingat, faktor apa yang membuat anda cemburu dan seberapa besar porsinya. Tidak lucu jika anda melakukannya hanya dengan berdasar perasaan. Hal itu boleh saja untuk sekedar mengungkapkan rasa cinta, tetapi tidak baik juga kalau terlalu berlebihan. Sebaiknya anda menanamkan sikap saling percaya, sehingga anda akan merasa tenang, tidak diperbudak oleh perasaan sendiri. Yakinkan, bahwa pasangan anda adalah orang terbaik yang anda kenal, yang sangat anda cintai dan buktikan juga bahwa anda sangat membutuhkan kehadirannya, kemudian bersikaplah secara terbuka.
Musyawarah. Persoalan-persoalan yang timbul dalam rumah tangga harus dihadapi secara dewasa. Upayakan dalam memecahkan persoalan anda mengajak pasangan anda untuk bermusyawarah. Demikian juga dalam mengatur perencanaan-perencanaan dalam rumah tangga, sekecil apapun masalah yang anda hadapi, semudah apapun rencana yang anda susun. Anda bisa memilih waktu-waktu yang tepat untuk saling tukar pikiran, bisa di saat santai, nonton atau dimana saja sekiranya pasangan anda sedang dalam keadaan bugar.
Menciptakan suasana Islami. Suasana Islami ini bisa anda bentuk melalui penataan ruang, gerak, tingkah laku keseharian anda dan lain-lain. Sholat berjama’ah bersama pasangan anda, ngaji bersama (tidak perlu setiap waktu, cukup habis maghrib atau shubuh), mendatangi majlis ta’lim bersama dan memnbuat kegiatan yang Islami dalam rumah tangga anda. Hal ini akan menambah eratnya ikatan bathin antara anda dan pasangan anda. Dari sini akan terbentuk suasana Islami, Sakinah, Mawaddah wa Rahmah. Insya’allah.
Keluarga Sakinah
5 PILAR KELUARGA SAKINAH
Masyarakat adalah cerminan kondisi keleuarga, jika keluarga sehat berarti masyarakatnya juga sehat. Jika keluarga bahagia berarti masyarakatnya juga bahagia. Ada 5 pilar untuk membentuk keluarga sakinah diantaranya sebagai berikut.
1. Dalam keluarga itu ada mawaddah dan rahmah (Q/30:21). Mawaddah adalah jenis cinta membara, yang menggebu-gebu dan "nggemesi", sedangkan rahmah adalah jenis cinta yang lembut, siap berkorban dan siap melindungi kepada yang dicintai. Mawaddah saja kurang menjamin kelangsungan rumah tangga, sebaliknya, rahmah, lama kelamaan menumbuhkan mawaddah.
2. Hubungan antara suami isteri harus atas dasar saling membutuhkan, seperti pakaian dan yang memakainya (hunna libasun lakum wa antum libasun lahunna, Q/2:187). Fungsi pakaian ada tiga, yaitu
(a) menutup aurat,
(b) melindungi diri dari panas dingin, dan
(c) perhiasan.
Suami terhadap isteri dan sebaliknya harus menfungsikan diri dalam tiga hal tersebut. Jika isteri mempunyai suatu kekurangan, suami tidak menceriterakan kepada orang lain, begitu juga sebaliknya. Jika isteri sakit, suami segera mencari obat atau membawa ke dokter, begitu juga sebaliknya. Isteri harus selalu tampil membanggakan suami, suami juga harus tampil membanggakan isteri, jangan terbalik di luaran tampil menarik orang banyak, di rumah "nglombrot" menyebalkan.
3. Suami isteri dalam bergaul memperhatikan hal-hal yang secara sosial dianggap patut (ma`ruf), tidak asal benar dan hak, Wa`a syiruhunna bil ma`ruf (Q/4:19). Besarnya mahar, nafkah, cara bergaul dan sebagainya harus memperhatikan nilai-nilai ma`ruf. Hal ini terutama harus diperhatikan oleh suami isteri yang berasal dari kultur yang menyolok perbedaannya.4. Menurut hadis Nabi, pilar keluarga sakinah itu ada empat (idza aradallohu bi ahli baitin khoiran dst);
(a) memiliki kecenderungan kepada agama,
(b) yang muda menghormati yang tua dan yang tua menyayangi yang muda,
(c) sederhana dalam belanja,
(d) santun dalam bergaul dan
(e) selalu introspeksi.
5. Menurut hadis Nabi juga, empat hal akan menjadi faktor yang mendatangkan kebahagiaan keluarga (arba`un min sa`adat al mar'i), yakni
(a) suami / isteri yang setia (saleh/salehah),
(b) anak-anak yang berbakti,
(c) lingkungan sosial yang sehat , dan
(d) dekat rizkinya.
Keluarga Sakinah

SAKINAH

baitijannati – Awal mula kehidupan seseorang berumah tangga adalah dimulai dengan ijab Kabul, saat itulah segala sesuatu yang haram menjadi halal. Dan bagi orang yang telah menikah dia telah menguasai separuh agamanya.
Barang siapa menikah, maka dia telah menguasai separuh agamanya, karena itu hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi. [HR. al-Hakim].
Sebuah rumah tangga bagaikan sebuah bangunan yang kokoh, dinding, genteng, kusen, pintu berfungsi sebagaimana mestinya. Jika pintu digunakan sebagai pengganti maka rumah akan bocor, atau salah fungsi yang lain maka rumah akan ambruk. Begitu juga rumah tangga suami, istri dan anak harus tahu fungsi masing-masing, jika tidak maka bisa ambruk atau berantakan rumah tangga tersebut.
Mari kita telaah satu persatu masing-masing fungsi suami dan istri tersebut.
Kewajiban Suami
Suami mempunyai kewajiban mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya, tetapi disamping itu ia juga berfungsi sebagai kepala rumah tangga atau pemimpin dalam rumah tangga. Alloh SWT dalam hal ini berfirman:
Laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Alloh telah melebihkan sebagian dari mereka atas sebagian yang lainnya dan karena mereka telah membelanjakan sebagian harta mereka. (Qs. an-Nisaa’: 34).
Menikah bukan hanya masalah mampu mencari uang, walaupun ini juga penting, tapi bukan salah satu yang terpenting. Suami bekerja keras membanting tulang memeras keringat untuk mencari rezeki yang halal tetapi ternyata tidak mampu menjadi pemimpin bagi keluarganya.
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. (Qs. at-Tahriim: 6).
Suami juga harus mempergauli istrinya dengan baik:
Dan pergauilah isteri-isteri kalian dengan baik. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. (Qs. an-Nisaa’: 19).
Barang siapa menggembirakan hati istri, (maka) seakan-akan menangis takut kepada Allah. Barang siapa menangis takut kepada Allah, maka Allah mengharamkan tubuhnya dari neraka. Sesungguhnya ketika suami istri saling memperhatikan, maka Allah memperhatikan mereka berdua dengan penuh rahmat. Manakala suami merengkuh telapak tangan istri (diremas-remas), maka berguguranlah dosa-dosa suami-istri itu dari sela-sela jarinya. [HR. Maisarah bin Ali dari Ar-Rafi' dari Abu Sa'id Al-Khudzri].
Dalam satu kisah diceritakan, pada suatu hari istri-istri Rasul berkumpul ke hadapan suaminya dan bertanya, “Diantara istri-istri Rasul, siapakah yang paling disayangi?” Rasulullah Saw hanya tersenyum lalu berkata, “Aku akan beritahukan kepada kalian nanti.“
Setelah itu, dalam kesempatan yang berbeda, Rasulullah memberikan sebuah kepada istri-istrinya masing-masing sebuah cincin seraya berpesan agar tidak memberitahu kepada istri-istri yang lain. Lalu suatu hari hari para istri Rasulullah itu berkumpul lagi dan mengajukan pertanyaan yang sama. Lalu Rasulullah Saw menjawab, “Yang paling aku sayangi adalah yang kuberikan cincin kepadanya.” Kemudian, istri-istri Nabi Saw itu tersenyum puas karena menyangka hanya dirinya saja yang mendapat cincin dan merasakan bahwa dirinya tidak terasing.
Bahkan tingkat keshalihan seseorang sangat ditentukan oleh sejauh mana sikapnya terhadap istrinya. Kalau sikapnya terhadap istri baik, maka ia adalah seorang pria yang baik. Sebaliknya, jika perlakuan terhadap istrinya buruk maka ia adalah pria yang buruk.
Hendaklah engkau beri makan istri itu bila engkau makan dan engkau beri pakaian kepadanya bilamana engkau berpakaian, dan janganlah sekali-kali memukul muka dan jangan pula memburukkan dia dan jangan sekali-kali berpisah darinya kecuali dalam rumah. [al-Hadits].
Orang yang paling baik diantara kalian adalah yang paling baik perlakuannya terhadap keluarganya. Sesungguhnya aku sendiri adalah yang paling baik diantara kalian dalam memperlakukan keluargaku. [al-Hadits].
Begitulah, suami janganlah kesibukannya mencari nafkah di luar rumah lantas melupakan tanggung jawab sebagai pemimpin keluarga. Suami berkewajiban mengontrol dan mengawasi anak dan istrinya, agar mereka senantiasa mematuhi perintah Allah, meninggalkan larangan Allah swt sehingga terhindar dari siksa api neraka. Ia akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah jika anak dan istrinya meninggalkan ibadah wajib, melakukan kemaksiatan, membuka aurat, khalwat, narkoba, mencuri, dan lain-lain.
Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. [HR. Bukhari].
Kewajiban Istri
Istri mempunyai kewajiban taat kepada suaminya, mendidik anak dan menjaga kehormatannya (jilbab, khalwat, tabaruj, dan lain-lain.). Ketaatan yang dituntut bagi seorang istri bukannya tanpa alasan. Suami sebagai pimpinan, bertanggung jawab langsung menghidupi keluarga, melindungi keluarga dan menjaga keselamatan mereka lahir-batin, dunia-akhirat.
Tanggung jawab seperti itu bukan main beratnya. Para suami harus berusaha mengantar istri dan anak-anaknya untuk bisa memperoleh jaminan surga. Apabila anggota keluarganya itu sampai terjerumus ke neraka karena salah bimbing, maka suamilah yang akan menanggung siksaan besar nantinya.
Ketaatan seorang istri kepada suami dalam rangka taat kepada Allah dan Rasul-Nya adalah jalan menuju surga di dunia dan akhirat. Istri boleh membangkang kepada suaminya jika perintah suaminya bertentangan dengan hukum syara’, missal: disuruh berjudi, dilarang berjilbab, dan lain-lain.
Perempuan apabila sembahyang lima waktu, puasa bulan Ramadhan, memelihara kehormatannya serta taat akan suaminya, masuklah dia dari pintu syurga mana saja yang dikehendaki. [al-Hadist].
Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasannya adalah wanita shalihah. [HR. Muslim, Ahmad dan an-Nasa'i].
Wanita yang shalihah ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). (Qs. an-Nisaa’: 34).
Ta’at kepada Allah, ta’at kepada Rasul, memakai jilbab (pakaian) yang menutup seluruh auratnya dan tidak untuk pamer kecantikan (tabarruj) seperti wanita jahiliyah. (Qs. al-Ahzab: 32).
Sekiranya aku menyuruh seorang untuk sujud kepada orang lain. Maka aku akan menyuruh wanita bersujud kepada suaminya karena besarnya hak suami terhadap mereka. [al-Hadits].
Sebaik-baik wanita adalah yang menyenangkan hatimu jika engkau memandangnya dan mentaatimu jika engkau memerintahkan kepadanya, dan jika engkau bepergian dia menjaga kehormatan dirinya serta dia menjaga harta dan milikmu. [al-Hadist].
Perselisihan
Suami dilarang memukul/menyakiti istri, jika terjadi perselisihan ada beberapa tahapan yang dapat ditempuh,
Istri-istri yang kalian khawatirkan pembangkangannya, maka nasihatilah mereka, pisahkanlah mereka dari tempat tidur, dan pukullah mereka (dengan pukulan yang tidak membahayakan). Akan tetapi, jika mereka menaati kalian, janganlah kalian mencari-cari jalan untuk menyusahkan mereka. (Qs. an-Nisaa’: 34).
Hendaklah engkau beri makan istri itu bila engkau makan dan engkau beri pakaian kepadanya bilamana engkau berpakaian, dan janganlah sekali-kali memukul muka dan jangan pula memburukkan dia dan jangan sekali-kali berpisah darinya kecuali dalam rumah. [al-Hadits].
Jika kalian merasa khawatir akan adanya persengketaan diantara keduanya, maka utuslah seorang (juru damai) dari pihak keluarga suami dan sorang juru damai dari pihak keluarga istri. Jika kedua belah pihak menghendaki adanya perbaikan, niscaya Allah akan memberi taufik kepada suami-istri. (Qs. an-Nisaa’: 35).
Demikianlah Islam mengatur dengan sempurna kehidupan keluarga sehingga terbentuk keluarga sakinah dan bahagia dunia-akhirat. Wallahua’lam.
Keluarga Sakinah
KIAT-KIAT MEMBANGUN KELUARGA SAKINAH

PRAKATA
Wahai istriku, janganlah engkau terlampau mencintaiku. Aku hanyalah sekadar mahluk yang tiada daya dan upaya. Aku tidak pernah bisa membelamu, kecuali kalau Allah mengaruniakan kekuatan kepadaku.
Aku tidak akan pernah mampu memberi nafkah kepadamu satu rupiah pun kecuali kalau Allah menitipkan rezeki kepadaku. Cintailah Allah Pemilik alam semesta ini
Sekiranya Allah mencintaimu, maka niscaya Dia akan memelihara dirimu walaupun aku jauh darimu. Sekiranya Allah menyayangimu, maka Dia pasti membela dan mencukupimu walaupun aku tidak berdaya untuk membela dan mencukupimu.
Cintailah aku sekadar apa yang diperintahkan Allah kepadaku
· Pilar PERTAMA
Mempersiapkan Diri
Berikhtiar mencari pasangan terbaik bagi kita dengan cara yang baik
Siapkan Akhlak dan Kepribadian menjadi DEWASA
SIAPKAN ILMU
ILMU AGAMA
Memlajari rumah tangga Rasulullah saw
ILMU UMUM
ilmu kesehatan
ilmu merawat tubuh
cara memahami wanita(bagi pria)
cara memahami pria(bagi wanita)



Siapkan Keterampilan
Keterampilan Menata Rumah
Keterampilan mencari penghasilan tambahan
Memasak
Keterampilan menekan biaya hidup
Untuk yang SUDAH MENIKAH inilah saatnya MENATA ULANG dan BELAJAR MENJALANINYA
GAGAL merencanakan sama dengan merencanakan KEGAGALAN
Kuncinya adalah Allah
· Pilar KEDUA
Menentukan Visi
Meneguhkan Keimanan
Allah Oriented
Tidak ada orang IKHLAS kecuali yakin pada Allah
Tidak ada orang yang SABAR kecuali kenal pada Allah
Tidak ada orang yang ZUHUD pada dunia kecuali yang tahu kekayaan Allah
Tidak ada orang yang TAWADHU kecuali yang tahu kehebatan Allah
Istiqamah Beramal Saleh
Menjadikan keluarga yang produktif dengan amal kebaikan
Saling Menasihati
Mengajak pada kebajikan
Tegur dalam kemungkaran
· Pilar KETIGA
Membagi dan Bekerjasama
Suami
Peran Suami Dalam Keluarga
Sebagai Pemimpin
Mampu Menjaga Sikap dan tidak merendahkan anggota keluarga lain
Pelindung Keluarga
Mencari Rezeki yang halal untuk keluarga
Mendidik Keluarga
Dapat menggali potensi keluarga
Tanggung Jawab Suami pada istri
Membimbing istri untuk beribadah pada Allah
Menggauli istri dengan baik dan lemah lembut
Memenuhi kebutuhan biologis
"istri-istrimu adalah(seperti) tanah tempat kamu untuk bercocok tanam.."(Al Baqarah:223)
Tidak boleh menolak apabila salah satu menginginkan berhubungan intim
Menjaga kehormatan istri
Rasulullah saw pernah ditanya, "Apa hak istri kita yang wajib kita penuhi?" Rasulullah saw menjawab "kamu memberi makan kepadanya apabila kamu makan. kamu memberi pakaian kepadanya apabila kamu berpakaian. JANGAN kamu PUKUL wajahnya! JANGAN kamu CELA! dan jangan kamu pisah ranjang kecuali dalam rumah" (HR Ahmad, Abu Daud, dan Nasa’i)
Menghibur istri
Membantu Istri Menjalankan Tanggung jawab rumah tangganya
Aisyah ra pernah ditanya, "Apa yang dilakukan Rasulullah saw di rumah?" ia menjawab,"Beliau membantu pekerjaan rumah tangganya"(HR Bukhari)
Membantu istri berbakti pada Orangtuanya
yang HARUS dimiliki SUAMI
Pandangan jauh ke depan
Mengatur strategi
Pandai Berkomunikasi
Pandai memotivasi
Pemimpin Efektif
Mampu mengontrol rumah tangga saat istri tidak ada
Istri
Sabda Rasulullah,"Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baiknya perhiasan adalah WANITA SALEHAH"(HR Muslim)
Peran Istri dalam Keluarga
Menjadikan Rumah, surga bagi keluarga
Siap menjadi tempat CURHAT suami
Siap melahirkan Anak dan berdoa agar Anaknya menjadi anak SALEH
Siap untuk MENDIDIK ANAK
Tanggung Jawab Istri pada Suami
Taat pada Suami Kecuali pada kemaksiatan
Menjaga Kehormatan dirinya
Berhias untuk suami
Menjaga harta suami
Rasulullah bersabda "Apabila suami sedang pergi, maka ia(istri) bertanggung jawab untuk menjaga dirinya sendiri dan harta suaminya"(HR Ahmad dan Nasa’i)
Menata rumah tangga
"Wanita adalah pemimpin di rumah suaminya, dan pasti akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya"(HR Bukhari dan Muslim)
Melahirkan dan merawat Anak
"Nikahilah wanita yang penuh rasa kasih sayang dan mempunyai potensi untuk melahirkan banyak anak. Sesungguhnya aku akan bangga dengan banyaknya umatku (di hari akhir kelak)" (HR Ahmad dan Nasa’i)
Menemani suami dalam bepergian, kecuali dalam kemaksiatan
Amanah
Istri Salehah adalah ISTRI yang SETIA
· Pilar KEEMPAT
Mendidik Anak dengan Cinta
Mendidik dengan Keteladanan
Pendidikan yang harus diberikan
Pendidikan Akhlak
Pendidikan Jasmani membentuk badan yang sehat
Pendidikan Mental untuk membentuk pola pikir anak
Pendidikan sosial memupuk rasa persaudaraan
Pendidikan Agama yang perlu diperhatikan
Memantapkan Tauhid
Berbuat baik pada orangtua
Menanamkan Tanggung jawab
Membiasakan shalat
Amar Ma’ruf dan Nahyi Mungkar
Menanamkan kesabaran
Melatih Keterampilan Praktis
Keterampilan dalam rumah
Membersihkan rumah dsb
Keterampilan penggunaan sarana vital sehari-hari seperti telpon
Mengajarkan Kerapihan
Mengelola Uang berhemat, menabung, infaq dan shadaqah
· Pilar KELIMA
Menangani KONFLIK
Siap dengan hal yang tidak kita duga
Belajar untuk lapang dada dan bersabar
Memperbanyak Pesan Diri
Memberitahukan kebiasan-kebiasan diri kita sehingga tidak terjadi salah paham
Tegakkan Aturan
aturan yang sesuai keinginan bersama dengan akhlakul karimah sehingga tidak ada yang sakit hati
· Pilar KEENAM
Merawat Cinta Kasih
Berkomunikasi yang menyenangkan
Berani mengakui jasa dan kelebihan anggota keluarga lain
Bijak terhadap kekurangan dan kesalahan anggota keluarga lain
Lihat kekurangan dan kesalahan diri
Lupakan jasa dan kebaikan diri
Langkah Praktis Memelihara Kasih sayang dalam Keluarga
Menerima apa adanya(karakter, fisik, Potensi)
Menyadari kewajiban dan menghormati hak
memelihara martabat dan kerahasiaan
mengendalikan rasa cemburu dan tidak membicarakan hal yang tidak disukainya
Berlapang dada, berjiwa besar, penuh maaf, doa dan berbaik sangka
Memanggil dengan nama yang disukai
Shalat berjamaah dan makan bersama
saling menghibur dan saling memberi hadiah sepulang bepergian atau pada hari istimewa seperti ulang tahun dsb
Kewajiban Orangtua terhadap Anak
Menyengaja dan berdoa pada Allah untuk mempunyai anak
Memohon, mendoakan dan menyiapkan diri
memberi nama yang baik dan mengandung doa
mendidik dengan penuh cinta
memberi makan-minum yang halal dan baik, serta makan bersama
membelai penuh kasih dan sayang, menghormati pendapatnya dan memuji prestasinya
Memberi contoh dan bertutur benar dan baik
Meneladankan adab dan akhlak yang mulia
Mencarikan lembaga pendidikan, teman dan lingkungan
Menjadikan diri sebagai guru dan pelindung baginya
Menyediakan waktu untuk bercengkerama
Mengajarkan Al-Quran dan ibadah
Kewajiban Anak terhadap Orangtua
Taat dan bersyukur
Hormat dan Bangga
Menjaga perkataan
Mendoakan dan menciumnya
Memelihara harta dan nama baiknya
Menghormati keluarga dan teman baiknya
Tidak mencampuri urusan, khususnya bila tidak diminta
Mendahulukan ibu, kemudian Ayah
Mengurus dan merawatnya ketika sakit dan tua
Bila wafat, mandikan, kafani, shalatkan, kuburkan dan doakan
Harta Waris adalah amanahnyaDemokratis terhadap Anak, tidak otoriter
Keluarga Sakinah
MEMBANGUN KELUARGA SAKINAH

Keluarga sakinah adalah idaman setiap manusia. Tapi tidak jarang dari mereka menemukan jalan buntu, baik yang berkecupan secara materi maupun yang berkekurangan. Apa sebenarnya rahasianya? Mengapa kebanyakan manusia sulit menemukannya? Mengapa sering terjadi percekcokan dan pertengkaran di dalam rumah tangga, yang kadang-kadang akibatnya meruntuhkan keutuhan rumah tangga?

Padahal Allah swt menyebutkan perjanjian untuk membangun rumah tangga sebagai perjanjian yang sangat kuat dan kokoh yaitu “Mîtsâqan ghalîzhâ. Allah swt menyebutkan kalimat “Mîtsâqan ghalîzhâ hanya dalam dua hal: dalam membangun rumah tangga, dan dalam membangun missi kenabian. Tentang “Mîtsâqan ghalîzhâ dalam urusan rumah tanggah terdapat dalam surat An-Nisa’: 21. Adapun dalam hal missi kenabian terdapat dalam surat An-Nisa’: 154, tentang perjanjian kaum nabi Musa (as); dan dalam surat Al-Ahzab: 7, tentang perjanjian para nabi: Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa (as).

Bangunan rumah tangga bagaikan bagunan missi kenabian. Jika bangunan runtuh, maka maka runtuhlah missi kemanusiaan. Karena itu Rasulullah saw bersabda: “Perbuatan halal yang paling Allah murkai adalah perceraian.” Sebenarnya disini ada suatu yang sangat rahasia. Tidak ada satu pun perbuatan halal yang Allah murkai kecuali perceraian. Mengapa ini terjadi dalam perceraian? Tentu masing-masing kita punya jawaban, paling tidak di dalam hati dan pikiran. Dan saya tidak akan menjawab masalah ini, perlu pembahasan yang cukup rinci dan butuh waktu yang cukup lama. Tentu perlu farum tersendiri.

Keluarga sakinah sebagai idaman setiap manusia tidak mudah diwujudkan sebagaimana tidak mudahnya mewujudkan missi kenabian oleh setiap manusia. Perlu persyaratan-persyaratan yang ketat dan berat. Mengapa? Karena dua persoalan ini bertujuan mewujudkan kesucian. Kesucian berpikir, mengolah hati, bertindak, dan gerasi penerus ummat manusia.
Karena itu, dalam bangunan rumah tangga Allah swt menetapkan hak dan kewajiban. Maaf saya pinjam istilah AD/ART. Bangunan yang lebih kecil missinya dari bangunan rumah tangga punya AD/ART, vissi dan missi. Bagaimana mungkin bangunan yang lebih besar tidak punya AD/ART, Vissi dan Missi bisa mencapai tujuan? Tentu AD/ART, Missi dan Missi dalam rumah tangga, menurut saya, tidak bisa dibuat berdasarkan mu’tamar atau kongres atau musyawarah seperti layaknya organisasi umumnya.

Dalam hal rumah tangga kita jangan coba-coba buat AD/ART sendiri, pasti Allah swt tidak ridha dan murka. Karena itu Allah swt menetapkan hak dan kewajiban dalam bangunan rumah tangga. Tujuannya jelas mengantar manusia pada kebahagiaan, sakinah, damai dan tenteram sesuai dengan rambu-rambu yang ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Menurut pemahaman saya, tidak cukup AD/ART itu dalam bentuk tek dan buku, perlu sosok contoh yang telah mewujudkan AD/ART itu. Siapa mereka? Ini juga perlu farum khusus untuk membahasnya secara detail dan rinci.
Tapi sekilas saja saya ingin mengantarkan pada diskusi contoh tauladan rumah tangga yang telah mewujudkan keluarga sakinah. Dan ini tidak akan terbantah oleh semua kaum muslimin. Yaitu rumah tangga Rasulullah saw dengan Sayyidah Khadijah Al-Kubra (sa), dan rumah tangga Imam Ali bin Abi Thalib (sa) dengan Sayyidah Fatimah Az-Zahra’ (sa).

Disini sebenarnya ada hal yang sangat menarik dikaji, khususnya bagi kaum wanita dan kaum ibu. Apa itu? Fakta berbicara bahwa Rasulullah saw banyak dibicarakan oleh kaum laki-laki bahwa beliau contoh poligami, kemudian mereka melaksanakan dengan dalil mencontoh Rasulullah saw. Tapi kita harus ingat kapan Rasulullah saw berpoligami? Dan mengapa beliau melakukan hal ini? Pakta sejarah berbicara bahwa Rasulullah saw tidak melakukan poligami saat beliau berdampingan dengan Khadijah sampai ia meninggal. Mengapa? Kalau alasannya perjuangan. Bukankah di zaman dengan Khadijah beliau tidak berjuang? Justru saat-saat itu perjuangan beliau sangat berat. Dimanakah letak persoalannya? Lagi-lagi menurut saya, pribadi Khadijah yang luar biasa, sosok seorang isteri yang benar-benar memahami jiwa dan profesi suaminya. Sehingga Rasulullah saw tidak pernah melupakan Khadijah walaupun sudah meninggal, dan disampingnya telah ada pendamping wanita yang lain bahkan tidak satu isteri. Kaum wanita khususnya kaum ibu, kalau ingin keluarga sakinah harus mempelajari sosok Khadijah Al-Khubra (sa), supaya suaminya tidak mudah terpikat hatinya pada perempuan yang lain.

Sekarang tentang keluarga Imam Ali dengan Fatimah Az-Zahra (sa). Sejarah bercerita pada kita bahwa Rasulullah saw sangat menyukai rumah tangga puterinya dengan kehidupan sederhana bahkan sangat sederhana. Saking sederhananya, hampir-hampir tidak mampu dijalani oleh ummatnya, khususnya sekarang. Sama dengan Rasulullah saw Imam Ali (sa) saat berdampingan dengan Fatimah puteri Nabi saw beliau tidak berpoligami. Beliau berpoligami setelah Fatimah Az-Zahra’ meninggal. Ada apa sebenarnya dengan dua wanita ini, sepertinya mereka dapat mengikat laki-laki tidak kawin lagi? Apa Imam Ali takut dengan Fatimah, atau Rasulullah saw takut dengan Khadijah? Atau sebaliknya, Khadijah berani dan menundukkan Rasululah saw, juga Fatimah (sa) seperti itu terhadap suaminya? Tentu jawabannya tidak. Lalu mengapa? Jawabannya perlu forum tersendiri untuk kita diskusikan dan mengambil pelajaran darinya.

Sebagai konsep dasar diskusi kita: Perempuan adalah sumber sakinah, bukan laki-laki. Mari kita perhatikan firman Alla swt:

Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya Dia menciptakan untuk kalian isteri dari species kalian agar kalian merasakan sakinah dengannya; Dia juga menjadikan di antara kalian rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya dalam hal itu terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berpikir.” (Ar-Rûm: 21).

Dalam ayat ini ada kalimat “Litaskunû”, supaya kalian memperoleh atau merasakan sakinah. Jadi sakinah itu ada pada diri dan pribadi perempuan. Laki-laki harus mencarinya di dalam diri dan pribadi perempuan. Tapi perlu diingat laki-laki harus menjaga sumber sakinah, tidak mengotori dan menodainya. Agar sumber sakinah itu tetap terjaga, jernih dan suci, dan mengalir tidak hanya pada kaum bapak tetapi juga anak-anak sebagai anggota rumah tangga, dan gerasi penerus.
Kita bisa belajar dari fakta dan relialita. Kaum isteri yang sudah ternoda mata air sakinahnya berdampak pada anak-anak sebagai penerus ummat Rasulullah saw. Siapa yang paling berdosa? Jelas yang mengotori dan menodainya.
Sebagai pengantar untuk membangun keluarga sakinah baiklah kita pelajari Hak dan Kewajiban yang buat oleh Allah dan Rasul-Nya, antara lain:
Hak-hak Suami
1. Suami adalah pemimpin rumah tangga
“Kaum lelaki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan
sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita)..”(An-Nisa’: 34)
2. Suami dipatuhi dan tidak boleh ditentang
3. Tanpa izin suami, isteri tidak boleh mensedekahkan harta suami, dan tidak boleh
berpuasa sunnah.
4. Suami harus dilayani oleh isteri dalam hubungan badan kecuali uzur, dan isteri tidak
boleh keluar rumah tanpa izinnya. Rasulullah saw bersabda:

“Isteri harus patuh dan tidak menentangnya. Tidak mensedekahkan apapun yang ada di rumah suami tanpa izin sang suami. Tidak boleh berpuasa sunnah kecuali dengan izin suami. Tidak boleh menolak jika suaminya menginginkan dirinya walaupun ia sedang dalam kesulitan. Tidak diperkenankan keluar rumah kecuali dengan izin suami.” (Al-Faqih, 3:277)

5. Menyalakan lampu dan menyambut suami di pintu
6. Menyajikan makanan yang baik untuk suami
7. Membawakan untuk suami bejana dan kain sapu tangan untuk mencuci tangan dan
mukanya8. Tidak menolak keinginan suami hubungan badan kecuali dalam keadaan sakit

Rasulullah saw juga bersabda:

“Hak suami atas isteri adalah isteri hendaknya menyalakan lampu untuknya, memasakkan makanan, menyambutnya di pintu rumah saat ia datang, membawakan untuknya bejana air dan kain sapu tangan lalu mencuci tangan dan mukanya, dan tidak menghindar saat suami menginginkan dirinya kecuali ia sedang sakit.” (Makarim Al-Akhlaq: 215)

Rasulullah saw juga bersabda:

“(Ketahuilah) bahwa wanita tidak pernah akan dikatakan telah menunaikan semua hak Allah atasnya kecuali jika ia telah menunaikan kewajibannya kepada suami.” (Makarim Al-Akhlaq:215)

Hak-Hak Isteri
1. Isteri sebagai sumber sakinah, cinta dan kasih sayang. Suami harus menjaga
kesuciannya. (QS Ar-Rum: 21)
2. Isteri harus mendapat perlakukan yang baik
“Ciptakan hubungan yang baik dengan isterimu.” ( Al-Nisa’ :19)
3. Mendapat nafkah dari suami
4. Mendapatkan pakaian dari suami
5. Suami tidak boleh menyakiti dan membentaknya

Pada suatu hari Khaulah binti Aswad mendatangi Rasulullah saw dan bertanya tentang hak seorang isteri. Beliau menjawab:

“Hak-hakmu atas suamimu adalah ia harus memberimu makan dengan kwalitas makanan yang ia makan dan memberimu pakaian seperti kwalitas yang ia pakai, tidak menampar wajahmu, dan tidak membentakmu” (Makarim Al-Akhlaq:218)

Rasulullah saw juga bersabda:

“Orang yang bekerja untuk menghidupi keluarganya sama dengan orang yang pergi berperang di jalan Allah.”. (Makarim Al-Akhlaq:218)

“Terkutuklah! Terkutuklah orang yang tidak memberi nafkah kepada mereka yang menjadi tanggung jawabnya.” (Makarim Al-Akhlaq:218)

6. Suami harus memuliakan dan bersikap lemah lembut
7. Suami harus memaafkan kesalahannya

Cucu Rasulullah saw Imam Ali Zainal Abidin (sa) berkata:

“Adapun hak isteri, ketahuilah sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah menjadikan untukmu dia sebagai sumber sakinah dan kasih sayang. Maka, hendaknya kau sadari hal itu sebagai nikmat dari Allah yang harus kau muliakan dan bersikap lembut padanya, walaupun hakmu atasnya lebih wajib baginya. Karena ia adalah keluargamu Engkau wajib menyayanginya, memberi makan, memberi pakaian, dan memaafkan kesalahannya.”
Menghindari pertikaian
Rasulullah saw bersabda:

“Laki-laki yang terbaik dari umatku adalah orang yang tidak menindas keluarganya, menyayangi dan tidak berlaku zalim pada mereka.” (Makarim Al-Akhlaq:216-217)
“Barangsiapa yang bersabar atas perlakuan buruk isterinya, Allah akan memberinya pahala seperti yang Dia berikan kepada Nabi Ayyub (a.s) yang tabah dan sabar menghadapi ujian-ujian Allah yang berat. (Makarim Al-Akhlaq:213)
“Barangsiapa yang menampar pipi isterinya satu kali, Allah akan memerintahkan malaikat penjaga neraka untuk membalas tamparan itu dengan tujuh puluh kali tamparan di neraka jahanam.” (Mustadrak Al- Wasail 2:550)

Isteri tidak boleh memancing emosi suaminya, Rasulullah saw bersabda:

“Isteri yang memaksa suaminya untuk memberikan nafkah di luar batas kemampuannya, tidak akan diterima Allah swt amal perbuatannya sampai ia bertaubat dan meminta nafkah semampu suaminya.” (Makarim Al-Akhlaq: 202)

Ada suatu kisah, pada suatu hari seorang sahabat mendatangi Rasulullah dan berkata: “Ya Rasulullah, aku memiliki seorang isteri yang selalu menyambutku ketika aku datang dan mengantarku saat aku keluar rumah. Jika ia melihatku termenung, ia sering menyapaku dengan mengatakan: Ada apa denganmu? Apa yang kau risaukan? Jika rizkimu yang kau risaukan, ketahuilah bahwa rizkimu ada di tangan Allah. Tapi jika yang kau risaukan adalah urusan akhirat, semoga Allah menambah rasa risaumu.”
Setelah mendengar cerita sahabatnya Rasulullah saw bersabda:

“Sampaikan kabar gembira kepadanya tentang surga yang sedang menunggunya! Dan katakan padanya, bahwa ia termasuk salah satu pekerja Allah. Allah swt mencatat baginya setiap hari pahala tujuh puluh syuhada’.” Kisah ini terdapat dalam kitab Makarimul Akhlaq: 200. WassalamApakah sakinah yang sering kita dengar sebagai impian dari para wanita muslimah itu sebenarnya?, serta bagaimana caranya agar keluarga sakinah tersebut dapat diwujudkan?.
Sebagaimana seringnya saya dengar keinginan berwira usaha setelah selesainya masa-masa pendidikan, sesering itu pula terdengar keinginan menikah yang sakinah, mawahdah wa rahmah, kedua-dua keinginan tersebut memang tidaklah berlebihan, mengingat masa depan yang cemerlang tentulah menjadi tujuan hampir semua orang, hanya saja yang saya khawatirkan adalah pernyataan-pernyataan tersebut terlontar dengan begitu ringan, seakan bukanlah suatu hal yang seharusnya disadari betapa sulitnya hal tersebut.
Sebagai contoh, keinginan wira usaha bagi siswa yang sama sekali belum pernah bekerja, adalah sebuah mimpi disiang bolong, betapa tidak, bila selagi menjadi siswa saja untuk tugas yang harus dikerjakan masih harus diingatkan terus menerus, bagaimana mungkin saat nantinya dia bekerja, dapat mengerjakan tugasnya tanpa harus digebrak-gebrak oleh atasannya, pekerjaan harus diberi atau ditunjukan, selama mengerjakan harus diawasi tanpa berkedip, harus diingatkan terus pada tenggat waktu serta target.
Sungguh jauh sekali dengan wira usaha yang menuntut seseorang untuk mencari sendiri apa yang harus dikerjakannya, menentukan tenggat waktu serta targetnya sendiri, juga harus mengerjakannya sendiri dengan sebaik-baiknya, betapa hal tersebut tentunya tidaklah terbayangkan bagaimana tingkat kesulitannya.
Demikian sulitnya ber wira usaha, kiranya tidak jauh pula bedanya dengan mewujudkan pernikahan yang sakinah, masih terlalu banyak yang menganggap bahwa pernikahan adalah sah nya hubungan badan serta dapat mempunyai anak yang tidak haram, bukannya sebagai suatu tugas membina hubungan yang harmonis, sekaligus melanjutkan keturunan dengan anak-anak yang soleh, solehah serta berbakti.
Seringkali seorang laki-laki yang merasa soleh dengan bekal agamanya lalu menikah dengan seorang wanita yang juga merasa demikian, lalu dengan serta merta jadilah keluarga yang sakinah, sudah sangat seringkali kita diingatkan oleh suatu kata-kata yang terlihat sepele atau bahkan mungkin di sepelekan, yaitu sabar, sabarlah yang menjadi inti sebenarnya dalam kehidupan soleh ataupun solehah.
Banyak sudah yang sudah berusaha dengan berbekal memaksakan diri kepada aturan main ataupun kepada syariat untuk mewujudkan keluarga yang sakinah tersebut tidak mendapatkan hasil seperti apa yang diharapkan, sebab suatu pemaksaan yang dikamuflasekan sebagai disiplin hanyalah akan menjadikan tumpukan-tumpukan pemberontakan hati manusia, yang sebenarnya malah menjadi bom waktu yang dapat meledak sewaktu-waktu.
Tanpa pengolahan kesabaran yang menghasilkan tawadlu, tidaklah mungkin dapat diwujudkan kondisi jiwa yang tenang, tentram serta aman, yang dapat dikatakan sebagai jiwa yang sakinah, tanpa jiwa yang sakinah tersebut tentunya tidaklah mungkin dapat terwujudkan suatu keluarga yang sakinah tentunya.
Seorang laki-laki muslim yang berjiwa sakinah menikahi seorang wanita muslimah yang berjiwa sakinah pula, maka jadilah pasangan suami istri yang sakinah, sedikitnya salah satu dari pasangan tersebut mempunyai jiwa yang sakinah, sehingga dapat memberi serta membina pasangannya kearah jiwa yang sakinah juga, tentunya masih ada harapan menjadi pasangan yang sakinah.
Tetapi bagi wanita muslimah yang ingin berjiwa sakinah, dikarenakan dibandingkan laki-laki, jauh lebih banyak wanita muslimah yang memimpikan keluarga sakinah tersebut, ada beberapa ancaman penghancur jiwa sakinah yang sangat berbahaya, diantaranya adalah, cemburu dan curiga karena kurang mempercayai pasangannya, labilnya emosi saat datang bulan, berita-berita ghibah yang meresahkan dan yang paling-paling merusak adalah ancaman poligami.
Doa kel sakinah

Doa Keluarga Sakinah

Wahai Tuhan kami! Karuniakanlah kepada kami istri dan keturunan yang menjadi cahaya mata, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang memelihara dirinya (dari kejahatan)." (Q.S. Al-Furqaan [25]:74)
Semoga Allah mengaruniakan kita pendamping terbaik pilihan-Nya, sehingga perjuangan kita dalam meniti kehidupan berumah tangga senantiasa terasa indah dan menyejukkan berkat pertolongan dan karunia Allah tersebut. Berumahtangga bukanlah suatu hal yang mudah seperti halnya membalikkan kedua telapak tangan. Jika tidak hati-hati dalam menitinya, baik dalam perencanaan maupun ketika mengarunginya, ia akan menjadi bagian dari sebuah penderitaan yang seolah tiada bertepi bagi siapa pun yang menjalaninya. Sejak awal, Allah SWT memperingatkan kepada setiap orang beriman agar hati-hati dalam hal tersebut, sebagaimana firman-Nya, "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; Dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. " (Q.S. At-Taghaabun [64]:14)
Ayat di atas menjelaskan, bahwa bisa jadi pasangan yang telah kita pilih untuk mendampingi hidup kita dan anak-anak yang dilahirkannya menjadi musuh bagi diri kita. Seorang suami yang seharusnya menjadi seorang pemimpin di keluarga malah menjadi koruptor karena bujukan istrinya yang terus menggerutu karena diperbudak segala macam keinginan. Ayah dan ibu terhancurkan kehormatan dan harga diri keluarganya karena perilaku dan akhlak buruk yang diperlihatkan anak-anaknya. Untuk itu, hal pertama yang harus kita lakukan adalah memohon kepada Allah dengan segala kelemahan diri agar Ia menolong dan mengaruniakan kepada kita pendamping terbaik dan anak-anak yang shaleh dan shalehah. Maka doa yang diperintahkan Allah dalam Alquran untuk hal tersebut adalah, " Wahai Tuhan kami! Karuniakanlah kepada kami istri dan keturunan yang menjadi cahaya mata, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang memelihara dirinya (dari kejahatan)." (Q.S. Al-Furqaan [25]:74)Ciri-ciri dari yang dimaksud oleh doa ini adalah istri yang menyejukkan ketika dipandang, dapat menjadi teladan bagi siapa pun. Ia juga tidak akan pernah memperlihatkan wajah yang muram durja, berbicara ketus dan rona wajah yang menyeramkan. Akhlaknya akan terlihat jauh lebih indah dibanding kecantikan wajah dan tubuhnya. Akhlaknya akan tercermin dalam perilakunya sehari-hari, baik terhadap suami maupun orang lain di luar keluarganya. Dia senantiasa menghormati sang suami, meski suaminya berumur sama dengannya. Kata-kata yang keluar dari mulutnya terasa menyejukkan, bersih, dan penuh kearifan sehingga tidak pernah ada yang terlukai. Oleh karena itu, meski ia terus beranjak tua dan berubah karena perjuangannya dalam melahirkan dan membesarkan anak-anak, namun wajahnya tetap terlihat cerah dan bersinar. Hal itu tiada lain karena cerminan dari suasana hati yang senantiasa bersih dan bening. Di samping itu, ia juga akan senantiasa bersyukur, menghadapi setiap kejadian dengan sabar dan yakin akan pelajaran dari Allah. Walahu a'lam.
Keluarga Sakinah
Apakah sakinah yang sering kita dengar sebagai impian dari para wanita muslimah itu sebenarnya?, serta bagaimana caranya agar keluarga sakinah tersebut dapat diwujudkan?.
Sebagaimana seringnya saya dengar keinginan berwira usaha setelah selesainya masa-masa pendidikan, sesering itu pula terdengar keinginan menikah yang sakinah, mawahdah wa rahmah, kedua-dua keinginan tersebut memang tidaklah berlebihan, mengingat masa depan yang cemerlang tentulah menjadi tujuan hampir semua orang, hanya saja yang saya khawatirkan adalah pernyataan-pernyataan tersebut terlontar dengan begitu ringan, seakan bukanlah suatu hal yang seharusnya disadari betapa sulitnya hal tersebut.
Sebagai contoh, keinginan wira usaha bagi siswa yang sama sekali belum pernah bekerja, adalah sebuah mimpi disiang bolong, betapa tidak, bila selagi menjadi siswa saja untuk tugas yang harus dikerjakan masih harus diingatkan terus menerus, bagaimana mungkin saat nantinya dia bekerja, dapat mengerjakan tugasnya tanpa harus digebrak-gebrak oleh atasannya, pekerjaan harus diberi atau ditunjukan, selama mengerjakan harus diawasi tanpa berkedip, harus diingatkan terus pada tenggat waktu serta target.
Sungguh jauh sekali dengan wira usaha yang menuntut seseorang untuk mencari sendiri apa yang harus dikerjakannya, menentukan tenggat waktu serta targetnya sendiri, juga harus mengerjakannya sendiri dengan sebaik-baiknya, betapa hal tersebut tentunya tidaklah terbayangkan bagaimana tingkat kesulitannya.
Demikian sulitnya ber wira usaha, kiranya tidak jauh pula bedanya dengan mewujudkan pernikahan yang sakinah, masih terlalu banyak yang menganggap bahwa pernikahan adalah sah nya hubungan badan serta dapat mempunyai anak yang tidak haram, bukannya sebagai suatu tugas membina hubungan yang harmonis, sekaligus melanjutkan keturunan dengan anak-anak yang soleh, solehah serta berbakti.
Seringkali seorang laki-laki yang merasa soleh dengan bekal agamanya lalu menikah dengan seorang wanita yang juga merasa demikian, lalu dengan serta merta jadilah keluarga yang sakinah, sudah sangat seringkali kita diingatkan oleh suatu kata-kata yang terlihat sepele atau bahkan mungkin di sepelekan, yaitu sabar, sabarlah yang menjadi inti sebenarnya dalam kehidupan soleh ataupun solehah.
Banyak sudah yang sudah berusaha dengan berbekal memaksakan diri kepada aturan main ataupun kepada syariat untuk mewujudkan keluarga yang sakinah tersebut tidak mendapatkan hasil seperti apa yang diharapkan, sebab suatu pemaksaan yang dikamuflasekan sebagai disiplin hanyalah akan menjadikan tumpukan-tumpukan pemberontakan hati manusia, yang sebenarnya malah menjadi bom waktu yang dapat meledak sewaktu-waktu.
Tanpa pengolahan kesabaran yang menghasilkan tawadlu, tidaklah mungkin dapat diwujudkan kondisi jiwa yang tenang, tentram serta aman, yang dapat dikatakan sebagai jiwa yang sakinah, tanpa jiwa yang sakinah tersebut tentunya tidaklah mungkin dapat terwujudkan suatu keluarga yang sakinah tentunya.
Seorang laki-laki muslim yang berjiwa sakinah menikahi seorang wanita muslimah yang berjiwa sakinah pula, maka jadilah pasangan suami istri yang sakinah, sedikitnya salah satu dari pasangan tersebut mempunyai jiwa yang sakinah, sehingga dapat memberi serta membina pasangannya kearah jiwa yang sakinah juga, tentunya masih ada harapan menjadi pasangan yang sakinah.
Tetapi bagi wanita muslimah yang ingin berjiwa sakinah, dikarenakan dibandingkan laki-laki, jauh lebih banyak wanita muslimah yang memimpikan keluarga sakinah tersebut, ada beberapa ancaman penghancur jiwa sakinah yang sangat berbahaya, diantaranya adalah, cemburu dan curiga karena kurang mempercayai pasangannya, labilnya emosi saat datang bulan, berita-berita ghibah yang meresahkan dan yang paling-paling merusak adalah ancaman poligami.
Doa kel sakinah

Doa Keluarga Sakinah

Wahai Tuhan kami! Karuniakanlah kepada kami istri dan keturunan yang menjadi cahaya mata, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang memelihara dirinya (dari kejahatan)." (Q.S. Al-Furqaan [25]:74)
Semoga Allah mengaruniakan kita pendamping terbaik pilihan-Nya, sehingga perjuangan kita dalam meniti kehidupan berumah tangga senantiasa terasa indah dan menyejukkan berkat pertolongan dan karunia Allah tersebut. Berumahtangga bukanlah suatu hal yang mudah seperti halnya membalikkan kedua telapak tangan. Jika tidak hati-hati dalam menitinya, baik dalam perencanaan maupun ketika mengarunginya, ia akan menjadi bagian dari sebuah penderitaan yang seolah tiada bertepi bagi siapa pun yang menjalaninya. Sejak awal, Allah SWT memperingatkan kepada setiap orang beriman agar hati-hati dalam hal tersebut, sebagaimana firman-Nya, "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; Dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. " (Q.S. At-Taghaabun [64]:14)
Ayat di atas menjelaskan, bahwa bisa jadi pasangan yang telah kita pilih untuk mendampingi hidup kita dan anak-anak yang dilahirkannya menjadi musuh bagi diri kita. Seorang suami yang seharusnya menjadi seorang pemimpin di keluarga malah menjadi koruptor karena bujukan istrinya yang terus menggerutu karena diperbudak segala macam keinginan. Ayah dan ibu terhancurkan kehormatan dan harga diri keluarganya karena perilaku dan akhlak buruk yang diperlihatkan anak-anaknya. Untuk itu, hal pertama yang harus kita lakukan adalah memohon kepada Allah dengan segala kelemahan diri agar Ia menolong dan mengaruniakan kepada kita pendamping terbaik dan anak-anak yang shaleh dan shalehah. Maka doa yang diperintahkan Allah dalam Alquran untuk hal tersebut adalah, " Wahai Tuhan kami! Karuniakanlah kepada kami istri dan keturunan yang menjadi cahaya mata, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang memelihara dirinya (dari kejahatan)." (Q.S. Al-Furqaan [25]:74)Ciri-ciri dari yang dimaksud oleh doa ini adalah istri yang menyejukkan ketika dipandang, dapat menjadi teladan bagi siapa pun. Ia juga tidak akan pernah memperlihatkan wajah yang muram durja, berbicara ketus dan rona wajah yang menyeramkan. Akhlaknya akan terlihat jauh lebih indah dibanding kecantikan wajah dan tubuhnya. Akhlaknya akan tercermin dalam perilakunya sehari-hari, baik terhadap suami maupun orang lain di luar keluarganya. Dia senantiasa menghormati sang suami, meski suaminya berumur sama dengannya. Kata-kata yang keluar dari mulutnya terasa menyejukkan, bersih, dan penuh kearifan sehingga tidak pernah ada yang terlukai. Oleh karena itu, meski ia terus beranjak tua dan berubah karena perjuangannya dalam melahirkan dan membesarkan anak-anak, namun wajahnya tetap terlihat cerah dan bersinar. Hal itu tiada lain karena cerminan dari suasana hati yang senantiasa bersih dan bening. Di samping itu, ia juga akan senantiasa bersyukur, menghadapi setiap kejadian dengan sabar dan yakin akan pelajaran dari Allah. Walahu a'lam.
Keluarga Sakinah
MEMBANGUN KELUARGA IDEAL DI ERA GLOBALISASI


Sudah menjadi kodrat manusia bahwa setiap orang yang normal mempunyai keinginan dan kecenderungan untuk hidup berpasangan antara seoarang laki-laki dengan seorang perempuan, kecuali sebagian kecil manusia yang menginginkan pasangan dari jenisnya sendiri seperti gay dan lesbian yang dijumpai di Negara Barat seperti Amerika Serikat dan sebagainya. Namun demikian dalam masyarakat Amerika Serikat yang sangat menghormati kebebasan individu tersebutpun sebagian besar warganya tidak menyukai dan bahkan menolak perkawinan antar sejenis. Memang harus diakui secara jujur bahwa gaya hidup seperti ini dianggap oleh sebagian besar masyarakat dunia adalah di luar kodrat.

Untuk memperoleh yang ideal sesuai kodrat tersebut di atas, setiap orang mencari pasangan yang ideal, sesuai dengan selera, pertimbangan dan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan masing-masing. Agama Islam secara khusus telah menggariskan bahwa untuk menetapkan calon pasangan hendaklah dengan memperhatikan agamanya terlebih dahulu, baru melihat yang lainya seperti harta, kecantikan dan keturunannya. Kesemuanya itu adalah dalam rangka untuk dapat membentuk rumah tangga sakinah yang mawaddah dan rohmah.

Tujuan Perkawinan

Adapun tujuan perkawinan sebagaimana tersebut dalam Undang-Undang Nomor I Tahun 1974 tentang Perkawinan ialah ikatan lahir dan bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa ( Pasal 1 ). Selanjutnya dalam Pasal 2 disebutkan bahwa, Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu dan tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Undang-undang tersebut di atas menggambarkan bahwa suatu perkawinan adalah merupakan ikatan lahir bathin yang tidak boleh dikhianati oleh masing-masing pihak dan akan dipertahankan terus menerus. Perkawinan dimaksud harus dilaksanakan menurut tata cara yang ditetapkan oleh agama yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa perkawinan adalah merupakan sesuatu yangs sakral dan berdimensi religius, bukan sesuatu yang bersifat rekreatif dan hura-hura, apalagi sekedar legalisasi pembolehan hunbungan sexual antara seorang pria dengan seorang wanita seperti yang dianut dalam pandangan liberalisme, dan hedonisme. Selanjutnya, perkawinan tersebut harus dicatat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini dimaksudkan dalam rangka untuk mencegah timbulnya perkawinan berulang-ulang, padahal yang bersangkutan masih terikat perkawinan sah dengan orang lain.




Tantangan Modernisasi

Modernisasi yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi pada era globalisasi sekarang ini disamping menimbulkan dampak positif, juga menimbulkan dampak negative bagi kehidupan keluarga. Modernisasi yang salah satu wataknya adalah pendayagunaan akal ( Rasionalitas ) telah mengakibatkan hubungan antar manusia berlangsung atas pertimbangan rasional dan mengenyampingkan fungsi emosi ( perasaan ). Kecenderungan ini pada gilirannya membawa manusia pada orientasi materi, yaitu segala sesuatu diukur dari sudut nilai kebendaan. Hubungan antar manusia, termasuk antar keluarga, dalam masyarakat seperti ini bersifat individual, yaitu hubungan yang bersifat pada kepentingan diri sendiri dan tak peduli dengan kepentingan orang lain.

Gejala demikian dapat dilihat dalam kehidupan masyarakat di banyak kota metropolitan, juga dipengaruhi oleh media komunikasi yang serba otomatis. Akibatnya muncullah ” Masyarakat Tekan Tombol” ( Push Bottom Society ). Memang tekhnologi elektronika dan informatika telah mengalami kemajuan yang sangat pesat yang tentunya sangat menggembirakan ummat manusia.

Revolusi informasi telah memungkinkan manusia berhubungan secara cepat dan praktis walaupun mereka berada dalam ruang yang berjauhan. Kecenderungan untuk serba cepat dan praktis ini pula melahirkan budaya baru pada masyarakat modern yaitu ” Budaya Buang ” yakni kecenderungan untuk membuang sesuatu setelah hanya sekali dipakai. Hal-hal seperti ini akan sangat berpengaruh terhadap keluarga.

Hubungan antar manusia yang bersifat rasional dan individu telah menurunkan kualitas sambung rasa dalam kehidupan keluarga. Hubungan antar sesama keluarga terasa gersang, sepi dari nilai-nilai kasih sayang dan silaturrahmi. Oleh karena itu tidak aneh jika di negara-negara maju, perceraian dan berbagai bentuk disharmoni dalam keluarga merupakan gejala umum yang tidak dapat dielakkan. Amerika Serikat umpamanya, angka perceraiannya mencapai 60%. Sehingga dengan demikian, keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat tidak dapat berfungsi secara efektif sebagai lembaga pendidikan masyarakat. Dan bahkan justru keluarga mejadi pangkal dari berbagai problema sosial. Hal ini sesuai dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kriminalitas dan kenakalan remaja banyak disebabkan oleh faktor lingkungan keluarga yang rusak dan retak ( broken home ).

Konsepsi Islam

Islam sebagai agama rohmatan lil’alamien memberikan konsep yang sangat idealis terhadap keluarga yaitu “ Sakinah ”. Sakinah adalah merupakan tujuan ataupun cita-cita dari setiap keluarga, sedangkan cita-cita ini dapat diraih manakala keluarga yang dibangun tersebut berdasarkan pada mawaddah dan rahmah. Konsep ini bersumber dari firman Allah SWT, “ Dan di antara tanda-tanda kebesaran Allah adalah Dia menciptakan untukmu pasangan dari dirimu sendiri, supaya kamu merasa bahagia (sakinah) kepadanya, dan Dia menjadikan di antara kamu cinta kasih (mawaddah) dan kasih sayang (rahmah). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir ”(Q.S. Ar-Rum : 21)

Ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dari ayat tersebut di atas yang sekaligus menggambarkan konsep keluarga sakinah di dalam agama Islam, yaitu :

1. Penyebutan suami-istri (berpasang-pasangan) dalam ayat tersebut adalah memakai kata Azwaj. Hal ini berarti bahwa tidak ada perbedaan mendasar antara suami dan istri. Keduanya terjalin hubungan kemitra sejajaran atau dalam kata lain tidak ada hubungan struktural (atas bawah) tetapi yang ada adalah hubungan fungsional (saling melengkapi).
2. Dalam ayat tersebut dinyatakan bahwa hubungan antara suami-istri adalah untuk mewujudkan “sakinah” yaitu ketenangan, ketentraman dan kebahagiaan.
3. Dalam ayat tersebut juga disebutkan mawaddah (cinta kasih) dan rahmah (kasih sayang). Kedua kata ini menggambarkan jalinan yang sangat erat antara kedua bagian dari pasangan dan bahkan sulit dibedakan maknanya. Namun demikian tetap dapat dipisahkan, yaitu Mawaddah lebih berkonotasi biologis, sedangkan Rahmah lebih berkonotasi pshikologis. Dalam hal ini Mawaddah merupakan daya tarik yang terdapat dalam diri manusia sebagai makhluk biologis, yaitu kecendurungan untuk tertarik dan menarik lawan jenis. Sedangkan Rahmah merupakan daya tarik dalam diri manusia sebagai makhluk pshikologis, yaitu kecendurungan untuk menyayangi dan disayangi oleh sesama manusia.

Pembagian Keluarga Sakinah

Keluarga sakinah seperti tersebut di atas dapat dikelompokan menjadi Sakinah I, Sakinah II, Sakinah III dan Sakinah III Plus dengan ciri-ciri sebagai berikut :

A. Sakinah I :

Keluarga tersebut dibentuk melalui perkawinan yang sah berdasarkan peraturan yang berlaku atas dasar cinta kasih dan kasih sayang.
2. Melaksanakan Sholat.
3. Melaksanakan Puasa.
4. Membayar Zakat Fitrah.
5. Mempelajari dasar agama.
6. Mampu membaca Al-Quran.
7. Memiliki pendidikan dasar.
8. Ada tempat tinggal.
9. Memiliki pakaian.

Apabila kriteria tersebut tidak terpenuhi, maka keluarga tersebut, disebut dengan keluarga Pra Sakinah.



B. Sakinah II :

1. Memenuhi kriteria Sakinah I.
2. Hubungan anggota keluarga harmonis.
3. Keluarga menamatkan sekolah 9 Tahun.
4. Mampu berinfaq.
5. Memiliki tempat tinggal sederhana.
6. mempunyai tanggungjawab kemasyarakatan.
7. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.

C. Sakinah III

1. Memenuhi kriteria Sakinah II.
2. Membiasakan sholat jama’ah.
3. Pengurus pengajian/organisasi.
4. Memiliki tempat tinggal layak.
5. Memahami pentingnya kesehatan keluarga.
6. Harmonis.
7. Gemar memberikan shodaqah.
8. melaksanakan qurban.
9. Keluarga mampu memenuhi tugas dan kewajiban
masing-masing.
10. Pendidikan minimal SLTA.

D. Sakinah III Plus

1. Memenuhi kriteria Sakinah III.
2. Keluarga tersebut dapat menunaikan ibadah haji.
3. salah satu keluarga menjadi pimpinan organisasi
Islam.
4. mampu melaksanakan wakaf.
5. Keluarga mampu mengamalkan pengetahuan agama
kepada masyarakat.
6. Keluarga menjadi panutan masyarakat.
7. Keluarga dan anggotanya Sarjana minimal di
Peguruan Tinggi.
8. Keluarga yang menjunjung tinggi nilai-nilai
akhlaqaul karimah.
9. Keluarga yang di dalamnya tumbuh cinta dan kasih
sayang.

Keluarga Sakinah Terdidik

Seperti disebutkan di muka bahwa tantangan keluarga pada masa kini semakin meningkat sebagai konsekuensi logis dari kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang melahirkan era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan informasi. Hal ini berarti bahwa tantangan yang dihadapi dalam keluarga semakin kompleks dan menuntut persyaratan yang semakin pelik dan tinggi untuk mengatasinya.

Untuk itu, dalam keluarga saat ini tidak cukup sekedar keluarga sakinah, tetapi keluarga sakinah inipun dituntut untuk mendapat pengembangan ke arah perwujudan Keluarga Muslim Terdidik (Learned Moslem Families).

Gagasan pokok dari Learned Moslem Families ini adalah adanya aktivitas belajar yang terarah, terpadu dan terus menerus untuk mengembangkan potensi dan kapisitas keluarga sebagai suatu kesatuan yang utuh. Dengan demikian maka akan terciptalah learning dalam keluarga yang artinya adalah pengembagan potensi dan kapasitas masing-masing individu dalam keluarga itu sendiri.

Learning dalam keluarga ini adalah dimaksudkan untuk dapat merespons segala macam challenge yang terjadi dalam masyarakat untuk diterima dan dikembangkan. Bahkan dengan adanya learning ini, keluarga tidak hanya sekedar merespons challenge tetapi dapat mengambil inisiatif mendahului challenge melalui kreatifitas dan daya imajinasi yang tinggi.