Keluarga Sakinah
Apakah sakinah yang sering kita dengar sebagai impian dari para wanita muslimah itu sebenarnya?, serta bagaimana caranya agar keluarga sakinah tersebut dapat diwujudkan?.
Sebagaimana seringnya saya dengar keinginan berwira usaha setelah selesainya masa-masa pendidikan, sesering itu pula terdengar keinginan menikah yang sakinah, mawahdah wa rahmah, kedua-dua keinginan tersebut memang tidaklah berlebihan, mengingat masa depan yang cemerlang tentulah menjadi tujuan hampir semua orang, hanya saja yang saya khawatirkan adalah pernyataan-pernyataan tersebut terlontar dengan begitu ringan, seakan bukanlah suatu hal yang seharusnya disadari betapa sulitnya hal tersebut.
Sebagai contoh, keinginan wira usaha bagi siswa yang sama sekali belum pernah bekerja, adalah sebuah mimpi disiang bolong, betapa tidak, bila selagi menjadi siswa saja untuk tugas yang harus dikerjakan masih harus diingatkan terus menerus, bagaimana mungkin saat nantinya dia bekerja, dapat mengerjakan tugasnya tanpa harus digebrak-gebrak oleh atasannya, pekerjaan harus diberi atau ditunjukan, selama mengerjakan harus diawasi tanpa berkedip, harus diingatkan terus pada tenggat waktu serta target.
Sungguh jauh sekali dengan wira usaha yang menuntut seseorang untuk mencari sendiri apa yang harus dikerjakannya, menentukan tenggat waktu serta targetnya sendiri, juga harus mengerjakannya sendiri dengan sebaik-baiknya, betapa hal tersebut tentunya tidaklah terbayangkan bagaimana tingkat kesulitannya.
Demikian sulitnya ber wira usaha, kiranya tidak jauh pula bedanya dengan mewujudkan pernikahan yang sakinah, masih terlalu banyak yang menganggap bahwa pernikahan adalah sah nya hubungan badan serta dapat mempunyai anak yang tidak haram, bukannya sebagai suatu tugas membina hubungan yang harmonis, sekaligus melanjutkan keturunan dengan anak-anak yang soleh, solehah serta berbakti.
Seringkali seorang laki-laki yang merasa soleh dengan bekal agamanya lalu menikah dengan seorang wanita yang juga merasa demikian, lalu dengan serta merta jadilah keluarga yang sakinah, sudah sangat seringkali kita diingatkan oleh suatu kata-kata yang terlihat sepele atau bahkan mungkin di sepelekan, yaitu sabar, sabarlah yang menjadi inti sebenarnya dalam kehidupan soleh ataupun solehah.
Banyak sudah yang sudah berusaha dengan berbekal memaksakan diri kepada aturan main ataupun kepada syariat untuk mewujudkan keluarga yang sakinah tersebut tidak mendapatkan hasil seperti apa yang diharapkan, sebab suatu pemaksaan yang dikamuflasekan sebagai disiplin hanyalah akan menjadikan tumpukan-tumpukan pemberontakan hati manusia, yang sebenarnya malah menjadi bom waktu yang dapat meledak sewaktu-waktu.
Tanpa pengolahan kesabaran yang menghasilkan tawadlu, tidaklah mungkin dapat diwujudkan kondisi jiwa yang tenang, tentram serta aman, yang dapat dikatakan sebagai jiwa yang sakinah, tanpa jiwa yang sakinah tersebut tentunya tidaklah mungkin dapat terwujudkan suatu keluarga yang sakinah tentunya.
Seorang laki-laki muslim yang berjiwa sakinah menikahi seorang wanita muslimah yang berjiwa sakinah pula, maka jadilah pasangan suami istri yang sakinah, sedikitnya salah satu dari pasangan tersebut mempunyai jiwa yang sakinah, sehingga dapat memberi serta membina pasangannya kearah jiwa yang sakinah juga, tentunya masih ada harapan menjadi pasangan yang sakinah.
Tetapi bagi wanita muslimah yang ingin berjiwa sakinah, dikarenakan dibandingkan laki-laki, jauh lebih banyak wanita muslimah yang memimpikan keluarga sakinah tersebut, ada beberapa ancaman penghancur jiwa sakinah yang sangat berbahaya, diantaranya adalah, cemburu dan curiga karena kurang mempercayai pasangannya, labilnya emosi saat datang bulan, berita-berita ghibah yang meresahkan dan yang paling-paling merusak adalah ancaman poligami.
Doa kel sakinah

Doa Keluarga Sakinah

Wahai Tuhan kami! Karuniakanlah kepada kami istri dan keturunan yang menjadi cahaya mata, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang memelihara dirinya (dari kejahatan)." (Q.S. Al-Furqaan [25]:74)
Semoga Allah mengaruniakan kita pendamping terbaik pilihan-Nya, sehingga perjuangan kita dalam meniti kehidupan berumah tangga senantiasa terasa indah dan menyejukkan berkat pertolongan dan karunia Allah tersebut. Berumahtangga bukanlah suatu hal yang mudah seperti halnya membalikkan kedua telapak tangan. Jika tidak hati-hati dalam menitinya, baik dalam perencanaan maupun ketika mengarunginya, ia akan menjadi bagian dari sebuah penderitaan yang seolah tiada bertepi bagi siapa pun yang menjalaninya. Sejak awal, Allah SWT memperingatkan kepada setiap orang beriman agar hati-hati dalam hal tersebut, sebagaimana firman-Nya, "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; Dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. " (Q.S. At-Taghaabun [64]:14)
Ayat di atas menjelaskan, bahwa bisa jadi pasangan yang telah kita pilih untuk mendampingi hidup kita dan anak-anak yang dilahirkannya menjadi musuh bagi diri kita. Seorang suami yang seharusnya menjadi seorang pemimpin di keluarga malah menjadi koruptor karena bujukan istrinya yang terus menggerutu karena diperbudak segala macam keinginan. Ayah dan ibu terhancurkan kehormatan dan harga diri keluarganya karena perilaku dan akhlak buruk yang diperlihatkan anak-anaknya. Untuk itu, hal pertama yang harus kita lakukan adalah memohon kepada Allah dengan segala kelemahan diri agar Ia menolong dan mengaruniakan kepada kita pendamping terbaik dan anak-anak yang shaleh dan shalehah. Maka doa yang diperintahkan Allah dalam Alquran untuk hal tersebut adalah, " Wahai Tuhan kami! Karuniakanlah kepada kami istri dan keturunan yang menjadi cahaya mata, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang memelihara dirinya (dari kejahatan)." (Q.S. Al-Furqaan [25]:74)Ciri-ciri dari yang dimaksud oleh doa ini adalah istri yang menyejukkan ketika dipandang, dapat menjadi teladan bagi siapa pun. Ia juga tidak akan pernah memperlihatkan wajah yang muram durja, berbicara ketus dan rona wajah yang menyeramkan. Akhlaknya akan terlihat jauh lebih indah dibanding kecantikan wajah dan tubuhnya. Akhlaknya akan tercermin dalam perilakunya sehari-hari, baik terhadap suami maupun orang lain di luar keluarganya. Dia senantiasa menghormati sang suami, meski suaminya berumur sama dengannya. Kata-kata yang keluar dari mulutnya terasa menyejukkan, bersih, dan penuh kearifan sehingga tidak pernah ada yang terlukai. Oleh karena itu, meski ia terus beranjak tua dan berubah karena perjuangannya dalam melahirkan dan membesarkan anak-anak, namun wajahnya tetap terlihat cerah dan bersinar. Hal itu tiada lain karena cerminan dari suasana hati yang senantiasa bersih dan bening. Di samping itu, ia juga akan senantiasa bersyukur, menghadapi setiap kejadian dengan sabar dan yakin akan pelajaran dari Allah. Walahu a'lam.
1 Response
  1. Unknown Says:

    kok masih kosong mas


Posting Komentar